Campus Online Talkshow Series: Ciptakan Kampus Aman, Laki Laki Perlu Kontribusi

0 60
Jakarta, Pena Sumatera co.id -Masih dalam rangka kampanye Stop Sexual Violence dari The Body Shop Indonesia, Jumat (19/02) dengan Magdalene.co dan Yayasan Pulih menggelar rangkaian Campus Online Talkshow Series yang ketiga dengan tema spesial: “Ciptakan Kampus Aman: Laki-laki Perlu Kontribusi”.
Kegiatan ini merupakan upaya Magdalene.co untuk membangun awareness dan edukasi kepada
generasi muda, khususnya kaum laki-laki agar semakin tanggap dalam menghadapi bencana kekerasan
seksual di lingkungan kampus dan sekitarnya.
Indonesia sedang berada dalam situasi gawat darurat kekerasan seksual. Pernyataan ini senada dengan
munculnya data dan fakta terbaru yang menunjukkan bahwa kasus kekerasan seksual di Indonesia semakin tinggi. Hasil studi kuantitatif yang dilakukan oleh organisasinya dan International NGO Forum on Indonesian Development (INFID) melaporkan sebanyak 71,8 persen pernah mengalami kekerasan seksual dengan rincian sebanyak 33,3 persen laki-laki pernah mengalami kekerasan seksual, Sementara itu, sebanyak 66,7 persen kekerasan seksual dialami oleh perempuan. Lebih lanjut, hasil survei data INFID dengan menggunakan distribusi populasi 2.210 orang tersebut menunjukkan bahwa kasus kekerasan seksual sebanyak 77,2 persen terjadi di tempat umum dan sebanyak 34,4 persen terjadi di rumah. Kasus ini diperparah karena sebanyak 57,3 persen korban justru tidak melapor dengan sebagian alasan korban terkendala rasa takut.
Melihat data tersebut kita dapat menyimpulkan kekerasan seksual bisa terjadi oleh siapa saja, baik laki-laki maupun perempuan. Kasus kekerasan seksual diibaratkan sebagai puncak gunung es, sudah saatnya diperlukan kesadaran banyak pihak juga dukungan agar dapat menuntaskan dan mencegah bentuk-bentuk kekerasan seksual. Indonesia membutuhkan undang-undang yang berperspektif korban kekerasan seksual dan memiliki lingkup lebih luas dalam mendefinisikan kekerasan seksual,
mengandung aspek-aspek perlindungan dan rehabilitasi bagi korban, serta mampu mengedukasi
masyarakat. Oleh karena itu, Indonesia sangat memerlukan pengesahan Rancangan Undang-undang
Penghapusan Kekerasan Seksual (RUU PKS).
Campus Online Talkshow “Ciptakan Kampus Aman: Laki-laki Perlu Kontribusi” ini diharapkan dapat
menjadi edukasi bagi masyarakat terutama kalangan milenial agar dapat menyadari pentingnya peran
laki-laki terlibat dalam isu kekerasan seksual, kontribusi laki-laki untuk mencegah kasus kekerasan
seksual yang terjadi di lingkungannya, menentang pandangan masyarakat yang menilai bahwa laki-laki seharusnya anti kekerasan seksual, serta strategi untuk mengajak laki-laki berkontribusi dalam mencermati isu kekerasan seksual di sekitar. Selain itu, talkshow “Ciptakan Kampus Aman: Laki-laki Perlu Kontribusi” mampu menyadarkan semua pihak bahwa kasus kekerasan seksual itu bukan hanya masalah perempuan, melainkan ada andil dan peran laki-laki di dalam isu ini sehingga bisa bersama-
sama mencegah terjadinya tindak pidana kekerasan seksual di kemudian hari.
Hadir sebagai narasumber yaitu Aryo Widiwardhono – CEO of The Body Shop® Indonesia, Ika Putri Dewi
M.Psi – Psikolog Yayasan Pulih, Rory Asyari – Jurnalis Independen, MC, dan Entrepreneur, Najmi Auliya –
Pengurus Inti LPM Kinday Universitas Lambung Mangkurat, Oktava Anggara – Wakadept Kajian dan Aksi  Strategis BEM Fisip Universitas Udayana, serta Husain Surasno, SKed., – National Officer on Human Rights and Peace (NORP) CIMSA Indonesia 2017-2018 . Kegiatan tersebut dipandu oleh Devi Asmarani selaku Editor-in-Chief Magdalene.co sebagai moderator acara.
Aryo Widiwardhono – CEO of The Body Shop® Indonesia mengungkapkan dalam sesi Campus Online Talkshow series yang ketiga tersebut tentang tujuan diselenggarakannya acara ini bagi kalangan milenial. Sejalan dengan tema talkshow yang dihadirkan, tentunya acara ini menjadi sarana edukasi yang tepat bagi generasi muda untuk mengedukasi komunitas kampus, tentang darurat kekerasan seksual di
Indonesia, menciptakan lingkungan kampus yang bebas kekerasan seksual, dan pentingnya mengadvokasi RUU Penghapusan Kekerasan Seksual di Indonesia.
“Campus Online Talkshow “Ciptakan Kampus Aman: Laki-laki Perlu Kontribusi” diharapkan dapat
meningkatkan kesadaran semua pihak terutama peran laki-laki dalam isu kekerasan seksual di lingkungan kampus. Hal ini penting untuk melibatkan peran laki-laki dalam isu kekerasan seksual serta menentukan langkah dan strategi yang tepat dan lebih luas dengan mengajak kaum laki-laki berkontribusi dalam mencermati isu kekerasan seksual di sekitar. Sudah seharusnya semua pihak bersama-sama mendukung terciptanya suasana dan lingkungan kampus yang aman baik bagi kalangan pengajar maupun mahasiswa dari ancaman pelecehan dan kekerasan seksual” ujar Aryo.
Aryo menambahkan bercermin dari kasus kekerasan seksual yang terjadi di lingkungan pendidikan menunjukkan angka yang semakin tinggi, hal ini menjadi isu dan upaya bersama, tidak hanya kalangan perempuan, tetapi juga laki-laki untuk mencegah bahaya dampak kekerasan seksual di sekitar kita.
Acara ini juga merupakan bagian dari rangkaian kampanye Stop Sexual Violence yang dilakukan The
Body Shop® Indonesia bersama Yayasan Pulih, Magdalene dan Makassar International Writers Festival
(MIWF). Hal ini dilakukan dengan cara mengambil peran dalam menciptakan Indonesia yang bebas
kekerasan seksual. Isu ini perlu terus diperjuangkan oleh berbagai pihak untuk saling berkolaborasi demi
tercapainya tujuan kita bersama, yakni pengesahan RUU PKS.
Ika Putri Dewi M.Psi – Psikolog Yayasan Pulih dalam talkshow seri ketiga mengungkapkan “laki-laki menciptakan lingkungan yang aman dari kekerasan berbasis gender bukan karena laki laki yang dianggap sebagai pemimpin dan dipandang kuat, tetapi menciptakan rasa aman adalah tanggung jawab bersama antara laki-laki dengan perempuan. Sebab kita perlu paham kesetaraan antara perempuan dan laki laki adalah salah satu prinsip untuk menghentikan kasus kekerasan berbasis gender ini, maka baik
perempuan maupun laki laki kudu terlibat bersama.. berkontribusi bersama…”, ujarnya.
Rory Asyari – Jurnalis Independen, MC, dan Entrepreneur mengatakan bahwa tidak cukup jika laki-laki sebatas “tidak jadi pelaku” pelecehan seksual. Laki-laki di kampus harus move forward untuk membela jika ada korban dan melakukan sesuatu jika melihat kekerasan seksual terjadi, baik terhadap perempuan maupun sesama laki-laki. Rory menuturkan “Kita butuh semakin banyak feminist men yang punya semangat activism membela yang lemah” ujar Rory.
Najmi Auliya – Pengurus Inti LPM Kinday Universitas Lambung Mangkurat mengungkapkan sebagaimana yang diketahui bahwa stigma masyarakat masih menitikberatkan penyebab kekerasan seksual pada satu gender saja. Padahal kekerasan seksual dapat terjadi pada siapapun. Pelakunya pun
beragam, dari orang tak dikenal hingga orang terdekat korban. Tak jarang juga kasus tersebut ditutup serapat mungkin karena dianggap sebagai aib korban. Untuk itu, Najmi mengajak semua pihak untuk mengedukasi diri dan orang sekitar mengenai keterlibatan laki-laki dalam penghapusan kekerasan seksual guna menciptakan ruang aman untuk sesama.
Oktava Anggara – Wakadept Kajian dan Aksi Strategis BEM Fisip Universitas Udayana mengatakan alasan pentingnya kontribusi laki-laki dalam menciptakan lingkungan aman dari kekerasan seksual.
“Kenapa laki-laki perlu berkontribusi dalam menciptakan kampus yang aman dari kekerasan seksual? Pertanyaan ini sebenarnya cukup aneh, pertanyaan ini adalah cermin bahwa masih banyak orang yang belum paham akan urgensi dari menciptakan lingkungan yang aman dari kekerasan seksual, karena itu
hal-hal seperti ini masih sering dipertanyakan. Setiap orang berhak merasa aman dari kekerasan seksual
di kampus dan dimanapun, terlepas dari apapun identitas gender dan seksualnya. Mau dia laki-laki,perempuan, straight, LGBT”, ungkapnya.

Ia melanjutkan bahwa kekerasan seksual tidak memandang gender, bisa terjadi pada siapapun. Sehingga untuk menciptakan kampus yang aman, semua orang merupakan stakeholder penting yang harus ambil peran. Laki-laki dekat dengan penyintas kekerasan seksual, melihat dari cukup tingginya
angka kasus, bisa saja orang-orang di dekat kita pernah mengalami kekerasan seksual. Laki-laki dapat memiliki pengaruh yang kuat dalam hal pencegahan kekerasan seksual dan penyembuhan para penyintas. Dampak advokasi laki-laki dalam masalah ini tidak bisa dianggap remeh.
Husain Surasno, SKed., – National Officer on Human Rights and Peace (NORP) CIMSA Indonesia 2017-
2018 ikut berpendapat dalam diskusi dengan mengatakan “Sudah saatnya kita berhenti hanya menuntut
“pihak perempuan” sendirian mencegah kekerasan seksual. Sudah saatnya kita pihak laki-laki dan seluruh elemen kampus ikut serta dan berkontribusi nyata mencegah kekerasan seksual. Ini adalah musuh kita bersama. Ayo ciptakan kampus aman bagi semua”, ungkapnya.(ofie)

Baca Juga
Penasumatera